Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa. Kesempatan ini pun tidak saya sia-siakan begitu saja. Atas ide dari seorang teman yang suka menulis, saya pun kemudian mengabadikan momen kunjungan saya ke dalam bentuk tangkapan layar dan tulisan. dan inilah tulisan pertama saya tentang perjalanan yang saya lakukan.
Saat berkunjung ke Copenhagen, Denmark, tidak lupa saya mengunjungi
tempat-tempat yang terkenal dan umum didatangi para turis. Salah satunya adalah
patung “The Little Mermaid”, atau
dalam bahasa Danish "Den lille
havfrue". Patung yang terbuat
dari perunggu ini diciptakan oleh Edvard Eriksen, yang ditampilkan di atas
sebuah batu besar di pinggiran tempat beberapa kapal layar berlabuh. Patung ini beralamat di Langelinie, 2100 København Ø, Denmark.
Patung ini terinspirasi dari dongeng yang diciptakan oleh penulis asli Denmark,
Hans Christian Andersen. Patung ini menjadi salah satu daya Tarik terbesar bagi
para turis untuk berkunjung ke Denmark sejak 1913 (sumber wikipedia.org).
(Foto: The Little Mermaid Statue)
Saat saya berkunjung kesana pun, Patung ini
ramai dikerumuni, entah oleh para turis maupun para penduduk setempat. Meskipun
saat itu sudah menjelang sore dengan langit mendung berawan dan angin berhembus
kencang terasa cukup menusuk kulit, masih banyak orang yang berada di dekat
patung tersebut untuk mangabadikan momen di sekitar patung ini.
(Foto: Pemandangan dari atas, terlihat beberapa turis berfoto di dekat patung The Little Mermaid)
Bagi yang belum membaca atau menonton cerita The Little Mermaid,
ulasan yang saya tulis mungkin dapat sedikit menambah wawasan pembaca tentang
dongeng putri duyung ini. Sebenarnya, dongeng putri duyung kecil ini telah memiliki
banyak versi cerita, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui bagaimana versi
asli dari cerita sebenarnya. Saya mencoba menceritakan kembali kisah putri
duyung kecil berdasarkan cerita yang saya baca di salah satu website yang
terpercaya.
The Little Mermaid merupakan dongeng ke-16 H.C Andersen, yang
dipublikasikan pertama kali pada April 1837 dengan judul asli berbahasa Danish
"Den lille havfrue". Dongeng ini mengisahkan tentang seorang putri
duyung yang rela menyerahkan hidupnya dan identitas dirinya sebagai seorang
duyung pada lautan untuk memperoleh jiwa sebagai manusia. Putri duyung
merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara yang tinggal bersama kelima kakaknya,
ayah yang merupakan seorang raja laut yang telah bertahun-tahun menduda, serta
neneknya yang sangat menyayanginya. sehari-hari, sang putri bermain di aula
istana dasar laut. Ia selalu mendambakan saat-saat dirinya dapat melihat
kehidupan di atas laut. Suatu hari, sang nenek berkata bahwa saat berusia 15
tahun putri duyung dapat naik ke atas laut dan bermain di bebatuan untuk
melihat kapal dan dunia daratan. Sang putri duyung bungsu pun sangat menanti
saat dirinya menginjak usia 15 tahun.
Hingga sampai pada waktunya ia menginjak
usia 15 tahun, putri duyung bungsu pun mendapatkan izin untuk berenang hingga
ke atas laut dan melihat kehidupan di daratan. Ketika itu, putri duyung bungsu
melihat sebuah kapal pesiar dengan banyak manusia di dalamnya sedang merayakan
pesta. Salah satu yang dilihatnya adalah seorang pria tampan yang tidak lain
merupakan seorang pangeran berusia 16 tahun. Putri duyung bungsu pun seketika
langsung mengagumi ketampanan dan senyuman sang pangeran yang sedang
bercengkerama dengan para penumpang kapal lainnya.
Hingga tiba saatnya perahu
yang ditumpangi pangeran berlayar. Ketika itu angin bertiup kencang dan
seketika langit berubah menjadi gelap dan badai pun datang. Gelombang ombak
yang kencang membuat perahu yang ditumpangi pangeran dan penumpang lain
terbelah dua, dan putri duyung bungsu melihat sang pangeran tenggelam. Putri
duyung tidak ingin sang pangeran turun ke dasar laut menemui ayahnya sebagai
seorang yang tidak bernyawa, oleh karenanya ia langsung berenang menghampiri
sang pangeran yang tidak sadarkan diri untuk menolongnya. Putri duyung kecil berenang
membawa sang pangeran tampan ke daratan dekat sebuah bangunan putih besar dan
merebahkan tubuh pangeran yang masih tidak sadarkan diri ke pohon palem yang
disinari oleh matahari. Putri duyung kecil kemudian bergegas sembunyi di dalam
air saat mendengar ada beberapa orang yang keluar dari istana. Salah seorang
perempuan muda yang baik hati tidak sengaja mendekati sang pangeran tampan yang
tengah berbaring dan dengan panik berteriak memanggil bala bantuan untuk sang
pangeran. Tidak lama kemudian pangeran tampan tersebut sadarkan diri dan
tersenyum melihat ke sekitar orang yang berkerumun di dekatnya, namun tidak ke
putri duyung yang bersembunyi. Putri duyung yang menyaksikan kejadian tersebut
sembari bersembunyi tetiba merasa sedih dan kemudian berenang kembali ke dasar
laut. Sejak kejadian itu, sang putri duyung bungsu merahasiakan ceritanya dan
terus merasa sedih karena tidak dapat bertemu lagi dengan sang pangeran.
Sampai pada suatu saat ia bercerita pada salah satu kakaknya, dan
kakaknya pun membantunya untuk mencari kerajaan pangeran tersebut. Usaha
pencarian pun berbuah manis, dan setiap hari sang putri duyung muda memandangi
pangeran tampan sembari bersembunyi di dekat istana. Sampai pada suatu saat
putri duyung muda bertanya pada sang nenek, mengapa manusia tidak dapat hidup
lama seperti halnya duyung yang dapat hidup ratusan tahun. Neneknya pun
memberikan alasan, dan menjelaskan bahwa ketika duyung meninggal, maka jiwanya
akan lenyap seperti buih ombak. Sedangkan apabila manusia meninggal, raganya
akan menyatu dengan tanah namun jiwanya akan hidup abadi di surga yang indah,
yang tidak pernah dilihat sebelumnya di bumi. Sang putri duyung kecil pun
berkata bahwa ia bersedia merelakan kehidupan 300 tahunnya demi merasakan
kehidupan manusia. Awalnya sang nenek menolak, namun kemudian dia berkata bahwa
putri duyung kecil dapat mewujudkan keinginannya untuk memperoleh jiwa yang
abadi di kehidupan Surgawi apabila ada seorang laki-laki yang mencintai dirinya
dengan sepenuh hati melebihi cinta laki-laki tersebut kepada kedua orang
tuanya. Apabila pria tersebut berjanji untuk setia dan hidup bersama selamanya,
maka putri duyung kecil dan pria tersebut dapat hidup bersama sebagai manusia.
Namun hal tersebut mustahil, karena manusia melihat kecantikan dari tubuh yang
dibuatnya sebagai kaki, yang tidak dimiliki oleh seekor duyung.
Kecintaannnya pada pangeran yang melebihi apapun membuat putri duyung
kecil bersikeras ingin memenangkan hati sang pangeran. Ia pun kemudian berenang
menjauhi tempat tinggalnya dan mendekati kumparan air yang ternyata
mengantarkannya ke rumah seorang penyihir laut. Awalnya sang putri duyung kecil
merasa ketakutan akan suasana yang menyeramkan disana, namun kemudian sang
penyihir berkata, "Aku tahu apa yang
kamu inginkan. Kamu ingin menghilangkan ekormu dan menggantinya dengan sepasang
kaki manusia, kemudian mendatangi pangeran untuk memenangkan hatinya dan
memperoleh jiwa yang abadi bersamanya.". Penyihir kemudian
melanjutkan, "Aku dapat membantumu. Yang
harus kau lakukan adalah berenang ke tepian sebelum matahari terbit, naiklah ke
daratan dan minumlah ramuan yang kubuat. Kelak ekor mu akan terbelah dan
berubah menjadi sepasang kaki yang indah. Kamu akan memiliki kaki yang indah
dan mahir berdansa, namun hal tersebut akan terasa sangat sakit seperti
ditusuk-tusuk pisau. Apakah kamu mau menerima itu semua?". Dengan membayangkan
sang pangeran, putri duyung kecil pun menerima tawaran sang penyihir. Penyihir
kemudian mengingatkan bahwa sekali sang putri duyung kecil menjadi manusia, ia
tidak dapat kembali lagi menjadi seekor duyung, dan ia pun tidak dapat kembali
berkumpul lagi dengan ayah dan keluarganya. Selain itu, apabila putri duyung
tidak dapat memenangkan hati pangeran tampan hingga membuatnya melupakan
orangtuanya dan mengikat janji hingga pernikahan, maka sang putri duyung kecil
tidak akan dapat memperoleh jiwa yang abadi. Ditambah lagi, apabila sang
pangeran memutuskan untuk menikahi perempuan lain, maka sang putri duyung kecil
akan patah hati setiap harinya, hingga kemudian di suatu pagi dirinya berubah
menjadi buih ombak di lautan. Karena kecintaannya dengan sang pangeran yang
begitu dalam, putri duyung kecil pun menyanggupi resiko yang akan diterimanya.
Namun, ternyata penyihir memberikan syarat untuk memenuhi keinginan
putri duyung kecil. Sang penyihir mengetahui hal terbesar yang dimliki putri
duyung yaitu suara indahnya hingga penyihir pun ingin mengambil dan
memilikinya. Sang penyihir berusaha merajuk putri duyung kecil hingga akhirnya
ia menyetujui keinginan sang penyihir. Penyihir kemudian memberikan ramuannya
kepada putri duyung kecil dan memotong lidah putri duyung kecil. Putri duyung
kecil saat ini tidak mampu bernyanyi maupun berbicara. Setelah itu, putri
duyung kecil meminum ramuan setelah berada di dekat istana sang pangeran.
Ramuan yang pahit tersebut membuatnya tidak sadarkan diri dan ketika tersadar,
sang pangeran tampan telah berada di dekatnya bersama seorang pelayan dan
membawanya masuk ke dalam istana. Saat
pangeran bertanya identitas dirinya, sang putri duyung tidak mampu berbicara
untuk menjawab maupun menulis untuk memberitahu. Ia kini menjadi gadis cantik
yang bisu dan lugu. Namun ia disukai oleh seluruh penghuni istana. Dan saat
waktu berdansa, sang duyung kecil yang disebut oleh pangeran sebagai "dear little foundling" itu pun
mampu menggerakkan kaki indahnya dengan gemulai sehingga memukau seluruh
penghuni istana yang menyaksikannya berdansa, tidak terkecuali sang pangeran.
Hari demi hari, sang putri duyung kecil makin dekat dengan sang pangeran. Sang
pangeran pun makin menyayangi sang putri duyung kecil yang dianggapnya cantik
dan tulus menyayanginya. Pangeran tampan berkata, "Engkau mengingatkanku pada seorang wanita yang menolongmu saat
aku tenggelam ketika hujan badai, dimana orang lain sibuk untuk menyelamatkan
dirinya sendiri. Dirimu sangat mirip dengannya dan aku mencintaimu. Kita tidak
akan pernah berpisah." Jelasmya kepada putri duyung kecil.
Beberapa waktu berlalu, tersebar rumor bahwa pangeran akan menikahi
putri dari kerajaan seberang. Hal ini didasarkan atas keinginan sang raja, dan
pangeran pun terpaksa menurutinya. Sang pangeran berkata pada putri duyung
kecil "Aku terpaksa melakukan
perjalanan ke istana seberang dan menemui putri tersebut karena ayahku, namun
aku tidak akan pernah mencintainya. Aku hanya ingin menikahimu, gadis ku yang
bisu dan lugu." Dan ketika sang pangeran bertemu dengan putri dari
kerajaan seberang yang ternyata berparas cantik jelita, berambut panjang, dan
bermata biru, ia pun teringat bahwa putri tersebut adalah gadis yang
menolongnya ketika ia tenggelam dan terdampar I daratan dekat bangunan putih. Pangeran
pun terkejut dan jatuh cinta seketika dengan putri tersebut. Pangeran pun memutuskan
untuk menikahi sang putri dari kerajaan seberang. Putri duyung kecil merasa
sangat sedih, karena sebenarnya ia lah yang menolong pangeran saat tenggelam
dan meletakkan pangeran ke daratan hingga ditemukan oleh putri dari kerajaan
seberang tersebut, namun ia tidak dapat mengatakannya. Ketika menjelang malam,
sang putri duyung semakin larut dalam kesedihan dan meratapi dirinya yang telah
rela mengorbankan hidupnya, menjauhi keluarganya, dan rela kehilangan suara
indahnya demi pangeran yang saat ini telah menikah dengan putri lain.
Ketika malam menjelang dan melihat ke bawah laut, putri duyung kecil
melihat saudaranya berada di bawah laut. Kakaknya berkata "Kami memotong rambut dan memberikannya kepada penyihir laut
sebagai imbalan atas permintaan kami agar kamu dapat kembali ke dasar laut
bersama kami. Penyihir memberikan pedang ini dan berkata bahwa kamu dapat
menusuk pangeran tepat di jantungnya. Dan ketika kamu menusuknya sebelum
matahari terbit, dan darahnya mengalir ke kakimu, maka itu akan mengubah kakimu
menjadi ekor ikan seperti sedia kala. Kamu pun dapat kembali hidup di laut
bersama kami.".
Putri duyung kecil kemudian berjalan memasuki kamar pengantin sembari
membawa pedang yang diberikan oleh kakakknya. Saat mendekati pangeran yang
tengah tertidur pulas bersama pengantinnya, sang putri duyung kecil tidak
sampai hati membunuh sang pangeran dan mencium kening sang pangeran. Hinggap tiba
waktunya matahari terbit, putri duyung pun bersiap terjun ke laut dan berubah
menjadi bulir ombak. Saat matahari terbit, putri duyung kecil tidak merasakan
kematian pada dirinya. Ia justru merasa dirinya berubah menjadi sangat
transparan dan jiwanya naik ke langit dan mendengar suara-suara yang tidak
berwujud. Itu adalah suara putri angin. Para putri angin menjelaskan bahwa
karena pengorbanan tulus yang dimiliki sang putri duyung kepada manusia yang
dicintainya, maka ia tidak mati sebagai bulir ombak, namun jiwanya dapat hidup
abadi. Sesaat itu juga sang putri duyung merasakan sesuatu yang hangat dapat
meneteskan air matanya untuk pertama kali.
(Cerita
lengkap di http://www.andersen.sdu.dk).

(Foto: Bersama patung "The Little Mermaid")
Hingga kini, Patung “The Little Mermaid” masih tetap menjadi icon dari Copenhagen, Denmark. Meskipun patung
ini telah mengalami beberapa kali perusakan yang dilakukan oleh sejumlah oknum,
namun patung ini terus diperbaiki. Dan sejak penciptanya meninggal dunia, telah
banyak patung replica yang dibuat oleh keluarga dari sang pencipta dan
diletakkan di berbagai tempat di negara lain, seperti New Zealand, Columbia,
maupun Canada (sumber Wikipedia.org).